Friday, June 5, 2015
Sketsa Hati
Dengan
santai aku duduk di kursi taman itu. Suasana sangat tenang dan langit tidak
begitu cerah. Ia masih saja tidak sadar sejak tadi aku membuntutinya. Ku buka
ransel lalu ku ambil buku gambarku. Perlahan aku keluarkan alat menggambarku.
“Tidak. Aku harus terlihat biasa saja. Aku harus
santai.” Bisikku
Meskipun aku mencoba untuk santai, tapi tetap saja
jantungku berdetak kencang. Aku ini sedang duduk di depan dia. Tidak terlalu
dekat, tapi aku bisa memandanginya.
Sedikit demi sedikit aku mulai bisa mengendalikan
suasana. Aku atur napas dan mulai membuat sketch. Dia terlihat dingin duduk
sendirian disana, tapi sangat cantik. Apa dia sedang menunggu seseorang?
Pikirku dalam hati. Ah, mungkin hanya melepas penat dan kesibukannya di taman
seperti ini.
Perlahan dan perlahan aku menatapnya untuk
menyelesaikan gambarku ini. Tapi wajah nya yang sangat aku suka selalu kembali
membuat pertanyaan dalam pikiranku. Apakah dia sudah punya kekasih? Atau
mungkin dia sedang dekat dengan pria lain? Ahh mana aku tahu. Bagaimana jika
aku datang dan menghampirinya untuk mencari tahu? Tidak tidak tidak, mana
mungkin. Mungkinkah orang sepertiku dengan dia? Hah aku tidak tahu.
Tiba tiba dia membuka tas nya dan mengambil sesuatu.
Aku mulai menunduk dan bertingkah seperti orang biasa yang sedang menggambar.
Ohh ternyata buku, aku tidak tahu jelas buku apa itu. Ia mulai membaca dan aku
mulai bisa leluasa memandanginya. Aku mulai santai, aku sangat bersemangat.
“Hayo ngapain lu disini?” datang seseorang
mengagetkanku.
“Ehh, ahh elu don, elu yang ngapain disini?! Ngagetin
aja” jawabku pada Doni temanku.
“Cakep ya??? samperin dong, cemen lu!” kata Doni
“Hah siapa dah? Sok sok-an berani lu jomblo dari lahir
aja” balasku
“Hih songong, gua samperin nih ye orangnya gua bilang
lu lagi gambar dia”
“Yee bocahhh, sini lu duduk aja sebelah gua” jawabku
“Nahh gitu dong itu baru sahabat gua. Btw gambar bagus juga gambar. Buatin gua napa
sekali kali.”
“Ah elu Don ngerusak suasana aja. Ini gua lagi gambar
bidadari yak, ngapain juga tiba-tiba gua gambar beruang kampung!”
“Yee muka lu kaya kambing kawin aje belagu! Eh Dan btw
kenapa lu ga bilang aja dah kalo lu suka sama dia?”
“Gatau Don, gua
ga yakin”
“Yeh elu, lu beneran suka sama dia gak sih?”
“Suka gua”
“Terus napa gayakin?”
“Ya lu tau sendiri doi sama gua dingin banget”
“Yaelah lu, kalo lu suka sama orang belum tentu dia
suka sama lu juga kan. Tapi yang penting lu tunjukin ke dia kalo lu suka tulus
sama dia. Bikin dia jatuh cinta”
“….” Aku terdiam, sambil berpikir. Benar juga
perkataan si Doni.
“Apa diem lu itu cara terbaik buat mencintai dia?”
“Gua…. Gak tau.” Jawabku sambil berpikir.
“Mungkin lu emang punya pandangan sendiri, tapi boi
dia ga akan pernah tau kalo lu tulus sama dia”
“Iya gua ngerti jomblo! Yuk ah kita cabut.” Kataku
sambil merobek kertas gambar yang hampir aku selesaikan.
“Lah itu napa disobek?” tanya Doni
“Gapapa, gua bisa gambar dia lagi kapanpun gua mau”
Jawabku sambil menaruh sobekan diatas bangku.
“Yuk lah” Jawab Doni.
Aku dan Doni bergegas pulang. Saat hendak meninggalkan
tempat itu , mataku terus saja tertuju padanya, aku tidak bisa memungkiri kalau
aku benar benar mencintainya. Sobekan diatas bangku itu buktinya. Aku tidak
terlalu berharap dia akan menghampiri dan melihat sobekannya, ataupun
sobekannya tertiup angin dan menghampirinya, walaupun itu alasanku untuk
menaruhnya disana. Tapi aku berharap, suatu saat nanti aku bisa menggambar
tangan dia dan tanganku saling berpegangan.
Labels:
Tulisan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Welcome
Manusia akan mati, tapi karya nya akan abadi. So gausah malu berkarya!! Belum tentu mereka bisa.
About Me
Powered by Blogger.
0 comments:
Post a Comment